PROSEDUR & PERALATAN DALAM MELAKUKAN UJI RADIOGRAFI ( RT )
PROSEDUR DAN PERALATAN
1.
REFERENSI
(Standard )
Referensi yang digunakan dalam radiografi ini adalah :
·
ASME 5 , NON
DESTRUCTIVE EXAMINATION
·
ASTM STANDARD ,
DIANTARANYA ASTM- 142 , 746 , 747 , 999
, 1032 , DAN 1316.
·
ANSI STANDARD ,
PHI.41 , PH2.22 , PH4.8 , T9.1 , DAN T 9.2.
·
METAL HAND BOOK ( ASM
) VOL.11.
·
API 1104
2.
LEVEL
MUTU RADIOGRAFI
Level mutu radiografi biasanya 2% ( 2-2T apabila
menggunakan lubang IQI / image quality indicator ) , kecuali jika level mutu
lebih rendah atau lebih tinggi telah disetujui pihak pemilik untuk dilaksanakan.
Terdapat 3 level mutu pada 2% level kontras , yakni 2-1 T
, 2-2 T dan 2-4 T yang tersedia dalam desain dan penggunaan praktek IQI E1025
Tabel 1. Diperlukan kehati hatian yang tinggi dalam menentukan level mutu
radiografi , seperti misalnya level mutu 2-1T , 1-1T , dan 1-2T dengan terlebih
dahulu meyakinkan bahwa suatu level mutu radiografi tertentu dapat
dipertahankan selama pelaksanaan pekerjaan.
Apabila IQI dari material radiografi yang sama dengan
yang sedang diperiksa tidak ada , dapat digunakan IQI untuk ukuran yang sama
namun dengan material yang daya absorpsinya lebih rendah .
Level mutu yang menggunakan IQI tipe kawat harus equivalen dengan level 2-2T dari
petunjuk praktis E 1025.
3.
SELEKSI
ENERGI
Energi sinar x mempengaruhi mutu imagi , secara umum dapat dikatakan
bahwa makin kecil energi yang digunakan
makin baik hasil kontras
radiografinya , namun , variabel lain
seperti geometri dan kondisi penyebaran ( scatter ) yang kurang baik dapat
mengurangi keuntungan dari ketinggian mutu kontras tersebut.
Untuk suatu energi tertentu , suatu cakupan ketebalan yang merupakan
perkalian dari lapisan setengah nilai ( half value layer ) dapat diradiografi dengan level mutu yang
dapat diterima dengan menggunakan mesin sinar –x , atau kamera sinar gamma tertentu.
Suatu hal yang pasti adalah bahwa dalam setiap kegiatan
radiografi IQI (penetrameter ) tertentu
harus digunakan untuk menentukan tingkat level mutunya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa hasil radiografi yang baik adalah yang dilaksanakan dengan
energi sebesar 100 hingga 500 kV dalam cakupan ketebalan antara 2.5 hingga 10 lapis setengah nilai (
HVL ) ( lihat tabel 1 ). Cakupan ini dapat diperpanjang sebanyak faktor 2 dalam suatu kondisi , misalnya sinar x dengan cakupan energi
antara 1 hingga 25 MV karena dikehendaki tingkat penyebaran yang menyempit.
TABEL .1
KETEBALAN ( HVL ) BIASA , DALAM INCI , UNTUK ENERGI UMUM
4.
FAKTOR
EQUIVALENSI RADIOGRAFI
Faktor equivalensi radiografi ( FER ) dari suatu material adalah
faktor pengali suatu ketebalan material
( biasanya baja ) untuk memenuhi ketebalan standard material yang memiliki daya absorpsi yang
sama.
Dibawah ini adalah daftar FER ( Tabel . 2 ) yang menempatkan FER baja = 1.0
. FER ini digunakan untuk :
1) menentukan batas ketebalan yang praktis bagi sumber radiasi untuk material bukan baja.
2) Menentukan faktor exposure ( terkena radiasi ) suatu
metal dari teknik exposure metal lainnya.
5.
FILM
Terdapat banyak jenis film radiografi untuk digunakan dalam industri. Namun untuk menentukan rumus yang difinitif dalam menseleksi jenis film tersebut sulit mengingat penggunaan suatu jenis film radiografi tergantung pada selera pengguna . Misalnya persyaratan penggunaan suatu film dari seseorang pengguna mencakup : level mutu radiografi , waktu exposure , dan faktor harga.
TABEL . 2
FAKTOR EQUIVALENSI RADIOGRAFI BEBERAPA METAL
( RELATIF
TERHADAP BAJA )
6.
FILTER
( SARINGAN )
Saringan adalah lapisan material yang diposisikan antara
benda kerja dengan sumber penyinaran dengan maksud untuk menyaring sinar x atau
sinar g dengan cara mengabsorp komponen lemah dari radiasi primer sehingga menghasilkan hal hal dibawah
ini :
1) Mengurangi penyebaran radiasi dan sekaligus meningkatkan
kontras.
2) Mengurangi undercutting dan meningkatkan kontras
3) Mengurangi kontras antara bagian bagian dengan tebal
berbeda.
Posisi saringan tersebut
terletak pada salah satu dari dua lokasi ini :
1) Sedekat mungkin pada sumber penyinaran , sehingga
meminimalkan ukuran filter dan sekaligus
memberikan kontribusi dalam menyebar radiasi kedalam film.
2) Diantara film dan spesimen ( benda kerja ) , dengan maksud mengabsorp radiasi yang
tersebar dari spesimen . Harus diketahui bahwa lead screen / foil ( lapis
tipis timbal ) atau metal lain dapat
memenuhi fungsi tersebut.
Ketebalan dan bahan filter beragam tergantung
dari kondisi dibawah ini :
a) Material yang diradiografi.
b) Ketebalan material yang diradiografi.
c) Variasi ketebalan material yang diradiografi.
d) Spektrum energi
dari radiasi yang digunakan.
e) Improvisasi ( peningkatan atau pengurangan kontras ) yang
dikehendaki .
7.
MASKING / BLOCKING
Masking atau blocking adalah langkah untuk mengalingi benda kerja terhadap sumber penyinaran dengan material yang dapat mengabsorpsi radiasi dengan maksud untuk mengurangi radiasi yang tersebar . Material ini dapat juga digunakan untuk mengimbangi daya absorpsi dari bagian lain, namun dibagian yang tipis mungkin imagi radiografi akan kehilangan rincian yang cukup besar.
8.
PELINDUNG TERHADAP SINAR BALIK ( BACK SCATTER ).
Pengaruh sinar balik ( terpantul ) dapat dikurangi dengan memperkecil berkas
sinar x / g pada penampang yang
terkecil dalam batas kepraktisan dan
menempatkan selapis tipis timbal dibalik film . Dalam beberapa hal salahsatu
atau kedua duanya , lapis timbal dibalik film dan dinding cassette yang
mengandung timbal , cukup melindungi film dari sinar balik . Dalam hal lain
sarana pelindung ini harus lebih tebal yakni dengan memasang pelindung timbal
dibelakang cassette film.
Jika kemampuan
filter terhadap back scatter diragukan , maka dipasang huruf B setebal 3
mm ( 1/8 “ ) dibelakang cassette dan diadakan radiografi seperti biasa , jika
kemudian huruf B tersebut samar samar tampak pada film , maka dapat dipastikan
perlindungan terhadap back scatter masih belum cukup efektif , untuk
mengatasinya diperlukan tambahan lapisan timbal secukupnya.
LEAD SCREEN ( TABIR
TIMBAL ) .
SCREEN FOIL METAL
Sreen timbal yang paling umum digunakan untuk
langsung bersinggungan dengan film . Screen dapat berfungsi pula sebagai sarana
untuk mengentensifkan penyinaran hingga
serendah 90 kV. Sebagai tambahan . screen yang dipasang didepan film berfungsi
pula sebagai filter untuk mengabsorp
radiasi yang tersebar dari benda kerja ,
karenanya memperbaiki mutu radiografi.
Lead screen yang tepat ketebalannya yang
terbaik digunakan untuk meningkatkan mutu radiografi dan sensitivitas
penetrameter. Pemilihan ketebalan lead screen yang berada didepan film harus
dilaksanakan dengan berhati hati untuk mencegah filtrasi yang berlebihan untuk
meradiografi material yang tipis atau mabah paduan , khususnya dengan kV rendah
( misalnya tidak ada keuntungan exposure dengan memasang lead screen setebal
0.005 inci didepan dan dibelakang film
untuk meradiografi pelat ¼ inci dengan
kekuatan penyinaran 125 kV. ) . Jika arus dinaikkan untuk meradiografi pelat
yang lebih tebal , terdapat keuntungan exposure yang cukup berarti. Makin
tinggi tenaga penyinaran yang digunakan makin tebal lead screen dibelakang film
untuk melindungi film terhadap back scatter. Tebal minimum lead screen depan
untuk gammagrafi adalah 0.005 inci (
0.13 mm ) untuk Iridium 192 dan 0.10 inci ( 0.25 mm ) untuk cobalt 60.
KONTRAS RADIOGRAFI.
Berbagai intensitas radiasi pada radiografi sama halnya denga density didalam fotografi biasa , karena
makin tinggi intensitas radiasi yang diterima film makin pekat kehitaman film tersebut , demikian pula
sebaliknya. Perubahan hitam dan terang
dalam film radiografi dibawah sinar lampu viewer disebut kontras , makin tajam
perbedaan hitam terang suatu obyek ,
makin tinggi kontrasnya .
Kontras tergantung pada
subyek kontras dan gradient film.
Subyek kontras adalah perbandingan antara intensitas
radiasi yang ditransmisikan oleh dua bagian dari suatu benda kerja.
Gradient film adalah harga slope garis tangen
yang diatrik dari titik density tertentu pada kurva karakteristik abscissa. Maing masing pabrikpembuat
film mengeluarkan kurva abscissa sendiri untuk produknya.
Mutu radiografi dipengaruhi oleh banyak variabel
, pengaruh perubahan variabel ini dapat
dilihat pada Gambar.1
9.
GEOMETRI
Jarak
fokus film yang diperlukan untuk
mengurangi ketidak tajaman geometri ( geometric unsharpness ) kejumlah yang tidak berarti ,
tergantung pada film atau kombinasi film dan screen , ukuran titik fokus (
focal spot ) , dan jarak antara film dan benda kerja. Ketidak tajaman geometri
dapat diukur dengan rumus dibawah ini :
U
g =
F t / d o
Dimana :
U g
= ketidak tajaman geometri
F =
ukuran sumber penyinaran ( titik fokus )
t = tebal benda kerja , apabila bersinggungan
dengan film
do = jarak
antara benda kerja dengan sumber penyinaran.( biasanya 40 inci ).
Catatan :
Ug dan F mempunyai unit satuan
yang sama .
Do dan t mempunyai unit satuan yang sama.
Terlampir adalah nomogram untuk menentukan
ketidak jelasan geometri.
Keterangan :
Keterangan :
d o
= jarak obyek – sumber L i =
ukuran imagi tak terdistorsi
t = jarak obyek – film
Lo = ukuran obyek L d =
ukuran imagi terdistorsi
Li = ukuran imagi
Biasanya ukuran F = 500 mils
t
= 1.5 inci
Penerimaan suatu film x-ray didasarkan atas
mutu imagi penetrameter yang menggambarkan baik
lubang lubang ( ASME ) atau kawat kawat ( IIW ) dengan
jelas.
Rumus ketidak tajaman geometri tidak berlaku
manakala d o / t
bertambah besar.
PERHITUNGAN
ATAU CHARTA EXPOSURE
Pentingnya
penggunaan charta exposure atau perhitungannya
harus mengaitkan hal hal sebagai berikut :
a) Sumber penyinaran atau mesin sinar – x.
b) Tipe material
c) Ketebalan material
d) Tipe film ( kecepatan relatif )
e) Density film .
f) Jarak fokus kefilm
g) Kilo Voltase atau jenis isotop
h) Tipe screen dan ketebalannya
i) Curie atau miliamper
j) Waktu exposure
k) Filet ( pada sinar primer )
l) Waktu dan suhu pencucian film dengan secara manual , waktu access untuk pencucian otomatis ,
waktu-suhu untuk pencucian kering ( dry processing )
m) Merk bahan kimia
, jika dikehendaki.
n) Hal hal tercantum dalam 14.1 biasanya tepat untuk isotop
namun bervariasi dengan mesin x- ray dengan cakupan kV dan miliamper yang sama.
Charta
exposure harus dibuat untuk setiap mesin
x-ray secara individual , dan harus dikoreksi setiap kali terjadi penggantian
komponennya.
Charta
exposure harus dikoreksi manakala bahan kimia yang digunakan untuk mencuci film
berubah mereknya , atau waktu – suhu pencucian film disesuaikan dengan charta
exposure. Demikan juga dengan pemrosesan kering , chartanya disesuaikan dengan
waktu-suhu pemrosesan film.
10. TEKNIK PENYINARAN
Teknik penyinaran bervariasi tergantung dari
bentuk , ukuran benda , serta mutu imagi
yang diperlukan.
Agar mendapatkan mutu imagi yang terbaik ,
maka penyinaran sebaiknya tegak lurus terhadap
permukaan atau sumbu benda kerja. Jika diperkirakan terdapat cacat
planar dalam suatu benda kerja , maka sebaiknya arah penyinaran dibuat sejajar
dengan perkiraan arah cacat planar tersebut untuk mendapatkan imagi yang
terkontras.
PELAT
DATAR
Cara terbaik untuk penyinaran pelat datar
adalah dengan mengarahkan penyinaran tegak lurus pada permukaan pelat. Imaginya
terjadi dengan tingkat distorsi seminimum mungkin . Jika bentuknya agak rumit maka upayakan agar imagitidak saling bertumpu ( superimpose
) satu dengan lainnya misalnya dengen
memilih arah penyinaran bukan 90° pada permukaan datar
. Dalam kaus kasus tertentu hindarkan arah penyinaran yang sejajar atau
mendekati sejajar dengan permukaan , karena imagi penyinaran ini sangat tidak
kontras sehingga sangat mengurangi rincian imagi , distorsinya sangat besar
serta memerlukan waktu exposure yang cukup lama.
UPAYA
PENYINARAN AGAR IMAGI TIDAK SALING BERTUMPU PADA POSISI YANG SULIT DICAPAI.
PELAT
MELENGKUNG
Jika pelat melengkungnya cembung kearah
sumber penyinaran ,maka penyinaran diupayakan berganda dengan permukaan cakupan
dipersempit . Kila melengkungnya cekung kearah sumber penyinaran , maka yang
terbaik menempatkan sumber pada titik pusat lengkungan ( jika diameter
lengkungan kecil dan sedang ).
TEKNIK
PENYINARAN PANORAMIK
Teknik
ini banyak dilaksanakan pada pipa dengan sekali tembak didapatkan imagi
kesehgala arah melingkar dengan kekuatan radiasi yang sama besar . Penempatan
sumber radiasi dititik
pusat lingkaran pipa dengan penempatan film sepanjang las melingkar pipa
dengan bertumpu satu dengan lainnya . Jika pipa tersebut kecil dan film
memungkinkan untuk dilengkungkan , maka teknik panoramik masih dapat
dilaksanakan menggunakan sebuah film
yang ditekuk dengan ujung saling atau hampir bertemu.
TEKNIK PENYINARAN PANORAMIK
PENYINARAN DINDING GANDA IMAGI TUNGGAL ( DOUBLE WALL
SINGLE IMAGE ) UNTUK LASAN PIPA DIAMETER
KECIL ( Æ 2 “ ).
TEKNIK SINGLE WALL SINGLE
IMAGE
11. PENETRAMETER ( image quality indicator )
Pemilihan
penetrameter dan penempatannya harus sesuai dengan standard
E 142 , E 747 , E 801 dan E 1025 .
Untuk
menguji pengaruh berbagai variabel pada kinerja sistim radiografi digunakan EPS ( equivalent penetrameter
sensitivity ) E 746.
Kegunaan
penetrameter adalah untuk mengetahui dengan cepat tingkat kegelapan suatu film
x-ray yang disebabkan oleh over exposure
( kelebihan penyinaran ) . Overexposure disebabkan oleh :
a) terlalu besarnya energi penyinaran dari yang semestinya.
b) Terlalu lamanya waktu exposure dari yang semestinya
c) Terlalu terangnya cahaya sewaktu pencucian film didalam
kamar gelap.
Jika tingkat kegelapan x-ray film
terlalku pekat , maka cacat cacat kecil
akan sulit dideteksi , demikian juga sebaliknya jika terlalu terang , cacat
cact juga sulit terdetesi.
Makin jelas tampak suatu lubang atau kawat pada
penetrameter berarti defect yang sebesar lubang atau diameter kawat
tersebut juga akan tampak.
Letak penetrameter berlubang dapat didekat atau pada jalur las . Nomor maupun huruf ( F
) tidak boleh terletak pada jalur las
yang akan diperiksa , kecuali apabila terpaksa berhubung geometri benda tidak
memungkinkan.
Penetrameter kawat harus diletakkan pada jalur las
sehingga posisi kawat menetrameter tegak lurus terhadap jalur las. Nomor
identifikasi dan huru F tidak boleh terletak pada jalur las kecuali bila
terpaksa.
Jika benda kerja bukan las , maka nomor identifikasi dapat diletakkan pada daerah yang harus
diperiksa.
Jika ketentuan mempersyaratkan penggunaan dua buah
penetrameter , maka keduanya harus ditempatkan terpisah , dimana yang satu mewakili
daerah yang terang , sedang yang satu lagi mewakili daerah yang gelap.
Untuk silinder yang diradiografi secara panoramik , maka
paling sedikit 3 buah penetrameter harus
dipasang sejarak masing masing 120°,
apabila :
a) seluruh keliling diradiografi dengan jumlah
film yang cukup dan dipasang bertumpu
satu dengan lainnya.
b) Apabila sebagian atau beberapa bagian dari
suatu las keliling dengan panjang
sekitar 240° diradiografi
menggunakan satu atau lebih cassette film ,perlu ditambah satu lokasi lagi untuk menempatkan penetrameter yang jaraknya
telah ditentukan.
12.
PENGARSIPAN
( RECORD FILE ).
Disarankan untuk menyimpan film
radiografi dan elemen radiografi penting
lainnya dengan sistim sebagai berikut :
a) sketsa obyek uji
b) jenis material dan ketebalannya
c) sumber penyinaran dan jarak film – focus
d) tipe film
e) density film
f)
tipe screen dan
ketebalannya
g) identifikasi isotop atau mesin – x ray
h) Curie atau miliamper menit.
i)
letak film untuk
obyek non standard
j)
posisi sumber untuk
obyek non standard
k) ketebalan penetrameter dan shim
l)
masking khusus atau
filter
m) collimator atau piranti pembatas lokasi ( field
limitation device
n) metoda proses.
Sistim pengarsipan ini penting untuk
menghemat biaya radiografi dan sebagai sarana komunikasi antara radiografer (
interpretter ) dengan operator dan inspektor las.
Komentar
Posting Komentar