Faktor - Faktor dalam mendesain Sambungan Las
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mendesain sambungan las :
a) Jenis dan ketebalan bahan
b) Proses las
c) Tingkat kedalaman penetrasi yang diminta
d) Aspek keekonomian dari persiapan sisi dan konsumsi bahan
las
e) Posisi pengelasan dan pencapaian lokasinya
f) Pengendalian distorsi , laju pemuaian dan pengkerutan .
g) Jenis sambungan , misalnya ; las kampuh ( butt ) , T (
tee ) , tumpu ( lap ) , sudut ( corner ) dll.
Faktor
factor tersebut harus dipertimbangkan didalam berbagai kombinasi bentuk desain
untuk menghasilkan rakitan yang ringkas ( concise summary ) , karenanya dianggap perlu untuk mengemukakan
hal ini kepada para designer , welding engineer , tehnisi , prinsip prinsip
yang terkait , sehingga suatu gabungan dari beberapa kondisi tertentu tidak
akan menimbulkan kesulitan .
Pertama
tama didalam membahas bentuk sambungan , sambungan bentuk T , lap maupun corner
dapat dilaksanakan menggunakan las fillet , sedangkan sambungan antar pelat
dengan ketebalan sama maupun berbeda , sambungan T , maupun sudut dengan
penetrasi penuh , dapat dilaksanakan menggunakan las kampuh ( butt ) .
LAS
FILLET
Merupakan
jenis sambungan las yang paling umum digunakan untuk konstruksi biasa dan
didefinisikan sebagai las fusi yang penampangnya berbentuk segi tiga .
Las sudut atau las T
keliling , karena sifat penetrasinya yang tidak penuh , maka kekuatannyapun
tidak sepenuh kekuatan las kampuh.
Untuk sambungan pelat tipis digunakan beberapa jenis
desain seperti sambungan flare tunggal dan ganda , sambungan flare bevel
tunggal dan ganda , sambungan flange tunggal dan ganda serta sambungan bevel
flange tunggal dan ganda.
Cara mengukur las
fillet adalah sebagai berikut
Las fillet diukur
dari panjang kaki kakinya. Jarak terpendek antara permukaan diagramatik dengan
akar las disebut leher atau throat. Ukuran kaki yang tidak seimbang harus
dihindarkan.
Ukuran leher
merupakan indeks yang lebih baik untuk mengetahui tingkat kekuatan fillet weld daripada ukuran kakinya.
Berdasarkan ukuran
leher ini ditentukan regangan yang diijinkan. Ukuran kaki ( w ) semata mata untuk menentukan ukuran leher.
Las fillet tidak
memerlukan persiapan khusus sebagaimana halnya las kampuh. Las fillet sering
digabung dengan las kampuh untuk menambah kekuatan dan mengurangi konsentrasi
regangan. Agar tidak terjadi konsentrasi regangan pada bagian ujung fillet (
toe ), disarankan agar kontur fillet cekung , namun kecekungan ini juga
dibatasi agar tidak berlebihan. Filet 45° yang
kakinya = 3/4 tebal pelat ,dianggap sebagai fillet dengan kekuatan penuh untuk
pembebanan transversal dan
paralel.Kontur cembung fillet menciptakan konsentrasi regangan pada ujung
ujungnya sehingga mudah terjadi retak dibagian tersebut yang lazim disebut toe
crack.Untuk jelasnya bentuk desainnya dapat dilihat pada sketsa berikut ini :
SEKALIGUS MENENTUKAN KEKUATAN FILLET
LAS
BUTT
Adalah
jenis sambungan las dimana bahan las sepenuhnya berada didalam satu bidang
penampang dengan bagian yang disambung .
PROSES
LAS
Pemilihan
jenis proses las akan berpengaruh terhadap jumlah metal yang terdeposisi ,
proses yang bertenaga tinggi pada umumnya sesuai untuk pengelasan posisi datar
karena bentuk kolam las yang lebar . Pengendalian bentuk kolam yang lebar diposisi akar las merupakan factor
yang penting . Biasanya pengelasan dengan kepadatan arus yang tinggi
dilaksanakan menggunakan piranti las otomatis.
PENETRASI
Penetrasi
yang dikehendaki dari suatu sambungan las tergantung pada banyak factor .
Sambungan butt pada pelat tipis dapat dilaksanakan dari salah satu sisi asalkan dipasang tumpuan untuk kolam las ,
misalnya batang penyangga ( backing bar ) . Biaya untuk pemasangan sarana
tumpuan ini harus diperhitungkan . Sebagai alternative , dapat digunakan celah
( gap ) diantara kedua komponen yang disambung , asalkan ce;ah tersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi pengendalian kolam las sehingga
tidak tembus / jatuh akibat gravitasi . Dengan bertambah tebalnya pelat ,
penggunaan sisi persegi ( square edge ) pada komponen mungkin tidak cukup untuk
menghasilkan fusi yang memadai , untuk itu digunakan sisi bevel yang akan
menambah volume bahan las yang terdeposisi sekaligus fusi yang baik .
DISTORSI
/ DEFORMASI
Hal ini
disebabkan oleh pemuaian dan pengkerutan yang disebabkan oleh pemanasan dan
pendinginan yang tidak merata yang tidak terelakkan didalam pelaksanaan
pengelasan . Pada saat pendinginan suhu fusi , metal yang terdeposisi berupaya
untuk mengkerut , dan untuk mengakomodasi pengkerutan ini terjadilah pergerakan
dari komponen yang sedang dilas . Bentuk V pada sambungan butt menghasilkan
pengkerutan lebih besar disebelah bukaan
dibanding dengan sebelah akar V sehingga menyebabkan gerakan rotasi disalah satu sisi relative terhadap
sisi lainnya , yakni distorsi angular .
Dengan bertambah tebalnya pelat bertambah pula pengkerutan yang terjadi
sehingga distorsinyapun bertambah . Pemilahan jenis sambungan melalui
pengendalian jumlah pergerakan komponen secara seimbang seputar sumbu netral
perlu dipertimbangkan , atau apabila
pengelasan hanya dapat dilaksanakan pada satu sisi saja , penggunaan kampuh U
atau J akan memperkecil jumlah metal yang terdeposisi sehingga akan mengurangi
pergerakan angular tersebut .
BEBERAPA CONTOH DEFORMASI AKIBAT PANAS LAS
Komentar
Posting Komentar