PEMBAKARAN GAS PADA OXYFUEL GAS WELDING ( OFW ) & OXYACETYLENE WELD ( OAW )
1. PEMBAKARAN ACETYLENE
Ketika
campuran gas oxy-acetylene terbakar diujung obor , terjadi beberapa bentuk nyala ( zone of combustion ). Dibawah ini adalah
reaksi kimia pembakaran acetylene :
2C2H2 + 5 O2 4 CO2 + 2
H2O ( 1 )
Pembakaran
tejadi dalam dua tahap , yakni
2 C2H2 + 2O2 4 CO + 2 H2 ( 2 )
Tahap
pertama menggunakan oxygen yang
dipasok dari botol silindris dan yang berada dalam pencampur oxy-acetylene .
Reaksi ini
tampak dalam bentuk konis dalam yang kecil didalam nyala.Suhu yang tertinggi
terletak diujung konis tersebut.
Tahap kedua
menggunakan oxygen yang terpasok dari
udara disekitar nyala. Kondisi ini tergambarkan dalam bentuk bulu nyala disekitar konis dalam , reaksinya adalah sebagai
berikut :
4 CO + 2H2
+ 3O2 4 CO2 + 2
H2O ( 3 )
Sekitar 2/5
dari jumlah oxygen yang diperlukan untuk
membakar acetylene secara sempurna berasal dari botol silindris , sisanya
berasal dari udara luar.
Itulah
sebabnya OFW tidak dapat dilaksanakan dalam ruang tertutup yang tidak memiliki
udara cukup untuk membantu pembakaran acetylene.
Kondisi nyala :
1) Nyala acetylene . Apabila hanya gas
acetylene saja yang terbakar diudara , mengasilkan nyala berwarna kuning didekat puting ( tip ) dan berangsur berwarna
orangye kemerahan sewaktu semakin keluar
/ menjauh dari tip. Apabila jelaga terbentuk diujung nyala , jumlah gas
ditambah hingga jelaga tersebut menghilang.
2. Nyala carburasi . Sewaktu katup oxygen dibuka sedikit demi sedikit sehingga perbandingan oxygen ke acetylene bertambah , nyala bertambah bersinar terang ( luminous ) , selanjutnya bagian yang bersinar terang memendek kearah tip membentuk sona terang benderang ( bright zone ) warna putih dilingkupi bulu berwarna kebiru biruan. Nyala ini disebut nyala carburasi karena memiliki kelebihan acetylene cukup besar , kadang disebut pula sebagai nyala lunak karena tidak memiliki tenaga . Nyala ini suhunya rendah dan karenanya sesuai untuk brazing perak , soldering serta mengelas timbal.
3)
Nyala oksidasi Sewaktu
jumlah oxygen ditambahkan , konis dalam
yang berwarna putih memendek dan menjadi dua bagian , yakni bagian yang
putih dan bagian yang berwarna hijau pucat yang disebut sebagai bulu nyala yang ujungnya menghilang menjadi biru muda .
nyala hijau pucat disebabkan oleh sedikit kelebihan acetylene . Jika
perbandingan oxygen dan acetylene 1
: 1 , warna hijau pucat tersebut menghilang. Untuk mengelas baja , bulu nyala yang berwarna hijau distel menjadi 1/4 hingga
maksimum 1/2 x panjang konis putih ( ¶
) . Nyala ini disebut nyala kelebihan acetylene atau juga disebut nyala
reduksi. Nyala ini menjamin tidak adanya proses oksidasi maupun proses
carburasi . Nyala ini sesuai jika menggunakan kawat las baja paduan rendah .
Suhu diujung konis sekitar 5300 hingga 5500°F.
4)
Nyala netral . Pada
nyala ini perbandingan antara oxygen dengan acetylene = 1: 1 ( atau
lebih tepat 1.1 : 1 ). Suhu diujung konis sekitar 5500 °F. Untuk mengatur nyala netral cukup sulit
karena juru las harus akhli benar dalam mengatur pembukaan / penutupan katup
oxygen dan acetylene sehingga hasilnya 1 berbanding 1. Dari tampak ujud
, nyala ini hampir tidak berbeda dengan nyala oksidasi. Jenis nyala ini ideal untuk pengelasan baja ,
dan sangat diperlukan apabila keberadaan carbon harus dihindari atau apabila
proses oksidasi dilarang , yakni pada
saat pengelasan stainless steel.
5) Nyala
oksidasi . Sama halnya
dengan nyala reduksi , penyetelan nyala oksidasi juga cukup sulit karena tidak
dapat diukur dari tampak ujud saja. Nyala oksidasi yang paling tepat adalah
nyala disaat konis bersiap untuk meninggalkan putting las ( tip ). Jenis
nyala ini tidak boleh digunakan untuk mengelas baja. Apabila nyala diatur
sedemikian rupa sehingga sangat oxidatif , akan terjadi suara mendesis yang
cukup keras . Nyala ini sesuai untuk mengelas tembaga dan paduannya. Kelebihan
oxygen digunakan untuk menghasilkan selapis tipis film oksida untuk melindungi
kolam las. Dengan perbandingan oxygen terhadap acetylene 1 3/4 : 1 , suhu konis dapat mencapai
6000°F.
6) Nyala
Terpisah . Nyala
terpisah adalah nyala yang dihasilkan manakala tekanan gas terlalu besar untuk
ukuran tip yang digunakan , bahkan nyala dapat terhembus pergi ( blow out )
apabila tekanan gas terus meningkat. Nyala ini tidak stabil karenanya harus
dihindarkan . Kondisi serupa terjadi apabila lubang tip tersumbat kotoran.
2.PEMBAKARAN HYDROGEN , GAS ALAM DAN PROPAN.
2.1 PEMBAKARAN HYDROGEN.
Untuk dapat membakar hydrogen dengan sempurna
diperlukan perbandingan oxygen ke hydrogen 1 : 2 dengan reaksi sebagai berikut
:
2H2 +
O2 2 H2O. ( 4 )
Reaksi
ini menghasilkan nyala oxidatif dengan suhu
5000°F.
Tidak mungkin menghasilkan nyala netral untuk
jenis reaksi ini dengan hanya menggunakan tampak ujud saja , karena nyala
oxy-hydrogen hampir hampir tidak tampak serta tidak memiliki sona pembakaran.
Untuk menghindarkan nyala oxidatif ,
regulator harus diatur sedemikian rupa sehingga selalu ada kelebihan hydrogen.
Jenis nyala menjadi reduktif tetapi bukan carburatif karena tidak memiliki
carbon. Suhu yang tercipta beberapa ratus derajad dibawah nyala netral. Regulator
dapat mengatur perbandingan hydrogen ke
oxygen 4 : 1. Jenis nyala oxy-hydrogen cocok untuk pengelasan paduan aluminium
dan timbal.
2.2 PEMBAKARAN GAS ALAM DAN PROPAN
Pembakaran sempurna gas alam dan propan dapat
dilihat pada reaksi sebagai berikut :
Gas alam
: CH4
+ 2O2 CO2 + 2 H2O. ( 5 )
Propan :
C3H8 + 5 O2 3 CO2 + 4
H2O ( 6 )
Manakala suhu nyala cukup tinggi untuk mengelas baja , nyala tersebut terlalu oxidatif , sebaliknya jika perbandingan dibuat sehingga nyala menjadi carburatif ( tidak oxidatif ) , suhunya menjadi terlalu rendah untuk pengelasan baja. Jadi jenis campuran gas ini tidak sesuai untuk pengelasan baja
Komentar
Posting Komentar