Faktor - Faktor Penting Dalam Menyusun Prosedur Las
Dibawah ini adalah beberapa diantara faktor penting
yang harus dipertimbangkan dalam menyusun Prosedur Las
1. PROSES
LAS
Pada
umumnya proses las yang diterima telah
membuktikan bahwa penerapannya telah lulus uji , Sifat khusus suatu proses las
akan mempengaruhi prosedur las , misalnya beberapa aspek dari masing masing
proses las dapat mempengaruhi tingkat kesempurnaan sambungan las . Sebagai
contoh apabila las listrik busur terpendam
( submerged arc welding ) digunakan dibawah kondisi yang menghasilkan
perbandingan yang terlalu besar antara kedalaman dan lebar jalur las dapat
mengakibatkan retak pembekuan ( solidification crack ) .
2. BAHAN
DASAR
Bahan
dasar dapat mempengaruhi pengelasan .
Mislanya pengaruh penyiapan material ditentukan oleh komposisi kimiawinya.
Retak disona terimbas panas ( heat affected zone / HAZ ) sangat dipengaruhi
oleh komposisi kimiawi bahan dasar ; karenanya komposisi kimiawi ini perlu
dikendalikan . Sifat bahan las juga dapat dipengaruhi oleh komposisi kimiawi
bahan dasar , terutama dimana pengelasan menghasilkan tingkat dilusi yang cukup
tinggi . Karenanya penting untuk diketahui kandungan bahan paduan ( alloy
content ) . Elemen pembentuk kristal didalam bahan dasar dapat mempengaruhi
tingkat kekuatan dan pengerasannya ( hardenability ) .
PENGELASAN
DISHOP ATAU DILAPANGAN .
Pengendalian
keseluruhan prosedur las sangat dipengaruhi oleh apakah pengelasan dilaksanakan
dishop atau dilapangan . Kondisi cuaca dilapangan akan merubah secara drastic
cara pengendalian pelaksanaan las .
3. PERSIAPAN
SISI ( EDGE PREPARATION )
Terdapat
banyak alasan untuk memasukkan persiapan sisi kedalam prosedur las . Akses secukupnya merupakan
factor penting seperti misalnya bahan las yang terdeposisi akan berfusi dengan
bahan dasar . Prosedur las harus mencakup bukan hanya bentuk persiapan , namun
juga penyelesaian permukaannya ( surface finish ) . Permukaan yang berlapis
kerak atau oksida tebal akan menyebabkan fusi tidak sempurna ( lack of fusion )
, terperangkapnya oksida ( trapped oxide ) , atau porositas yang tidak dapat
diterima .
4. METODA
PEMBERSIHAN
Bagaimana
permukaan bahan dipersiapkan sebelum dilas merupakan factor yang perlu
diperhatikan seperti misalnya baja mungkin hanya perlu pembersihan menggunakan
penyikatan ( brushing ) secara manual atau mekanikal , sedangkan aluminium
memerlukan pencucian secara kimiawi ( chemical cleaning ) seperti solvent untuk
menghasilkan permukaan yang siap las. Terkait dengan hal tersebut diatas ,
inspeksi pada permukaan bahan sebelum dilas juga diperlukan untuk meyakinkan
bahwa tidak terdapat cacat seperti lap ( lipatan ) atau cacat lainnya yang
dapat mempengaruhi mutu pengelasan .
5. PENYETELAN
SAMBUNGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT RAKIT (
JIG ) ATAU LAS CANTUM ( TACKING ) .
Penyetelan
komponen sambungan las merupakan factor yang sangat menentukan pada pengelasan
sambungan yang hanya dapat dilaksanakan pada satu sisi / pihak saja . Celah
sambungan akan mempengaruhi jumlah fusi pada akar las . Apabila digunakan
perangkat perakit secara mekanis untuk penyetelan komponen rakitan , maka perlu
diketahui berapa banyak bahan las yang
akan dideposisikan sebelum perangkat mekanis ini dicabut / dibongkar .
6. POSISI
PENGELASAN
Berbagai
posisi pengelasan yang cukup banyak jumlahnya memerlukan pengendalian yang
ketat dalam mempersiapkan komponen dan perakitannya . Makin sulit posisi suatu
pengelasan makin banyak flux yang diperlukan untuk mendukung keberadaan kolam
las yang asli sehingga karenanya mengurangi pengendalian komposisi kimiawi .
Perubahan posisi pengelasan menyebabkan perubahan keperluan arus las sehingga
menyebabkan makin kurang ( atau lebih ) nya jumlah lajur las ( weld pass ) yang harus dibuat sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya
cacat las .
7. PABRIK
PEMBUAT , MEREK DAGANG DAN KOMPOSISI KIMIAWI CONSUMABLE LAS.
8. PEMANASAN
AWAL DAN SUHU ANTAR LAJUR ( PASS )
Komposisi
kimiawi dan tebal penampang sambungan las akan menentukan laju pendinginan
jalur las dan lingkungan sekitarnya. Beberapa material , yang mendingin dalam
waktu singkat ( quence ) , akan menghasilkan struktur material yang keras.
Pemanasan awal diperlukan untuk mengendalikan laju pendinginan tersebut .
Suhu
antar lajur ( inter pass temperature ) kadang kadang dapat digunakan sebagai
sarana untuk mengendalikan ukuran struktur bahan ( grain ) yang dipersyaratkan
untuk mengendalikan keuletan ( toughness ) . Kadang kadang pengendalian suhu
pengelasan juga diperlukan untuk mencegah terjadinya masalah sewaktu tahap pembekuan ( solidification ) .
9. KECEPATAN
PENGELASAN ( TRAVEL SPEED )
Laju
pendeposisian bahan las akan mempengaruhi
profil jalur las . Kecepatan pengelasan yang tinggi cenderung
mendeposisikan lebih sedikit bahan las sehingga mengakibatkan profil las yang
buruk , under cut , dll. Sebaliknya
kecepatan las yang rendah ( lambat ) akan menyebabkan deposisibahan yang
berlebihan / tebal yang menyebabkan
konsentrasi tegangan dipinggirny ( toe ) . Kecepatan las juga berperan cukup
penting pada tingkat masukan panas ( heat input ) dari
suatu pengelasan ( dalam kJ / mm ) dan dapat mempengaruhi struktur final jalur las , pertumbuhan kristal , yang
berpengaruh pada sifat lasan .
10.PENGATURAN
ARAH ( RUN ) DAN URUT URUTAN ( SEQUENCE ) LAS .
Perubahan
posisi pengelasan sering menjadi penentu
cara mendeposisikan bahan las . Didalam pengelasan lajur berganda (
multiple pass ) , urut urutan pengelasan menentukan sifat sambungan las ,
misalnya penggunaan tehnik ayunan ( weaving ) atau tehnik tarik ( stringer ) .
11. BACK
GOUGING
Kode
praktis , jika dipandang perlu , akan
memberikan saran bahwa pass pertama harus dibuang , hal ini untuk menjamin
bahwa semua material dibagian akar las yang mungkin mengandung berbagai cacat
las tidak akan mengganggu kegunaan sambungan las ( service condition ) . BS
5500 dan ASME menyatakan bahwa hal tersebut merupakan keharusan.
12. PERLAKUAN
PANAS PASKA LAS ( PWHT )
Komposisi
material mungkin mmerlukan perlakuan panas paska las untuk mencapai sifat
sambungan las yang dikehendaki . Pengaruh tegangan sisa ( residual stress ) dan
kondisi lapangan ( service condition ) dapat sedemikian rupa sehingga suatu tindakan
pembebasan tegangan ( stress relief ) berupa perlakuan panas paska las
diperlukan. Metoda pelaksanaan dan pengendaliannya merupakan hal yang sangat
penting , karena kerap terjadi bahwa peningkatan suhu ( temperature gradient )
justru dapat menghasilkan tegangan .
13. PENGERINGAN
ATAU PENGOVENAN ( BAKING ) ELEKTRODA
Hydrogen
bersifat sangat merusak terhadap sambungan las baja . Keberadaannya dapat
dikurangi dengan mengeringkan atau mengoven elektroda . Langkah ini berupa
gabungan waktu dan suhu yang harus dikendalikan secara ketat .
14. KONDISI
KHUSUS ( SPECIAL FEATURE )
Komentar
Posting Komentar